Sabtu, 31 Agustus 2013

Masih Setitik Rindu

Masih Setitik Rindu

Entah apa yang terjadi denganku
Setitik rindu itu masih terus saja mengikutiku
Bahkan ribuan waktu dalam hari pun tak cukup penuhi rindu
Hanya mungkin saja kau tak tau
Hanya mungkin saja kau tak bisa serindu ini

Malam ini ...
Seperti senja dan malam-malam yang lalu
Padahal setitik saja rindu 
Dan lautan air mataku tak terbendung
Aku menangis...

Geram hati rasanya
Ingin teriak ... namun aku tak mampu teriak
Ingin marah ... namun aku tak berhak marah
Apa harus terus saja air mataku yang meneriakan rindu?
Masih kurangkah butiran-butiran kata rindu yang aku ceritakan

Rabb...
Masih dengan setitik rindupun aku tersiksa
Apalagi dengan ribuan rindu
Genggam selalu tanganku Tuhan
Jangan biarkan aku terjatuh bersama setitik rindu itu
Peluk erat aku malam ini Illahi
Aku sendu ...
Aku pilu ...
Dan aku masih berselimut ribuan titik kerinduan

Jumat, 30 Agustus 2013

Hanya Harapan

Hanya Harapan

Waktu ...
Ini tentang waktu
Waktu yang membuatku pilu tersayat sembilu
Waktu dengan begitu banyak harapan
Bahkan waktu yang hanya membohongiku tentang kebahagiaan

Ia terus saja menarik ulur hatiku
Dan aku luka.
Apa waktu terus saja membuatku menunggu?
Sengaja?
Lalu aku kecewa dan akhirnya terjatuh lemas
Tanpa ingin bertemu dengan sang harapan

Syukur saja ada sabar bersama waktu dan harapan
Tenang saja
Tenang dengan harapan pertemuan
yah.. Harapan ...
Hanya harapan

Harapan tentang pembagian waktu hidupku
Harapan tentang waktu dan diperhatikan
Dan semua yang terikat bersama keluh pilu
Juga semua harapan penguji kesabaran
Dan semua harapan tentang sejuta kerinduan

Aku biasa

Aku biasa

Jika terjatuh ketika berdiri
Apabila sakit ketika tergores
Bukan hal asing
Perlu jatuh teruntuk bangkit
Perlu sakit teruntuk kuat

Indah pelangipun perlu proses
Proses membiaskan cahayanya menjadi indah
Begitupun dengan hidup.

Jika kini air mata terus saja terjatuh mengalir
Lalu sembilu menyayat pilu
Tenang saja..

Aku biasa ..
Biasa sakit tergores rasa
Biasa terjatuh saat aku kalah
Dan karena aku biasa ..
Aku biasa menjadi manusia kuat dengan biasaku


Siapa Engkau?

Siapa Engkau?

Siapakah Engkau?

Yang sejak dulu aku mencintaiMu
Siapakah Engkau?
Yang selalu saja membuat semakin hari diriku merinduiMu
Siapa Engkau?
Engkau membuatku mencintaimu tanpa pernah menatap wajahmu

Engkau begitu bercahaya terang

Penyejuk qolbu setiap insani perindu pertemuan denganmu
Penerang jalan surga bagi setiap umat yang mencintaimu
Penghilang dahaga dari keringnya cinta

Adalah Engkau ...

Cintamu bagaikan air
Tak henti mengalir bagi setiap umat
Terangkan sang kelam
Putihkan sang hitam

Adalah Engkau ...

Yang aku cita sedari dulu menatap wajahmu
Yang aku rindu bertemu denganmu
Yang aku cinta walau aku tak pernah menatap wajahmu.
Rasulku ..

Senja itu

Senja itu

Senja itu ...
Duduk manis menanti malam
Termenung dengan sekecamuk muka masam
Murung ...
Bahkan hampir saja gelap
Dan masih tetap saja tak merubah rautnya

Senja itu ...
Berselimut cahaya merah kekuningan.
Merayu malam segera datang.
Menggoda sang malam segera menggatikannya dengan rembulan.

Wanita di senja kala itu geram
Ingin teriak ...
Hampir kelam layaknya senja
Atau mungkin saja ia telah menemukan kelam
Tapi ...
Jika senja mengharapkan kelam
Dia membantah segala tentang kelam
Mengubur kelam yang telah ditemukannya