Selasa, 29 April 2014

Iya

Pagiku bersembunyi kini pada mendung
Menanti mentari yang tak kunjung
Bahkan saat rimbun daunan basah
Dinginkan suasana redup sepi
Ia masih terpaku pada rona wajahnya yang sendu

Tuhan kala aku menangis terisak
Sampai aku behenti menahan sesak
Sendunya masih membayang
Sendu yang selalu saja hadir saat jiwa ingin bersama
Iya bersama ...
Dengan ia yang selalu jadi hiasan hati kala rindu
Indah dengan senyumannya yang menawan
Tak terlukis lagi jika bayangnya ku gambarkan

Rabu, 23 April 2014

Bukankah..

Bukankah engkau pernah lukis bias warna pelangi
Bukankah kau pernah tujukan kilau cahaya bintang
Karena kau miliki warna indah menawan
Karena kau miliki pancaran cahaya wajahmu

Kini kau tak sama
Warnamu hilang kala senja
Senja menangis terisak
Pada jiwa yang ruhnya entah kini dimana

Biru langitpun hilang mengikuti malam yang menjemput
Siang memang harus tergantikan
Namun mengapa langinkupun kau bawa
Sedangkan kau biarkan aku kelu menerima pilu.

Sudahlah ..

Selasa, 24 September 2013

Entah

ENTAH

Entah lah ...
Ini tentang rasa takutku
Rasa takut ketika aku telah sanggup berdiri
Ketika aku harus mampu tersenyum tanpamu
Ketika aku tidak lagi melihat senyummu ..
Ketika aku tidak lagi marah karenamu
Ketika aku kehilangan sambutan terindah dipagiku
Sampai ketika warna hidupku harus kelam
Tak berwarna ..

Aku tahu ...
Aku akan menunggumu seribu tahun pun
Lalu bagaimana denganmu?
Aku tak tahu jelas
Aku tak tahu sedikitpun tentang hatimu
Yang aku tahu
Aku benar-benar menginginkanmu untuk hidupku
Benar-benar inginkan kebahagiaan bersamamu

Apa kau mengerti hati dari pemilik air mata senja itu
Ia benar-benar tulus
Ia mengalir seakan tak rela kau berlari menjauh
Tapi memang benar-benar harus merelakan
Hanya harus memiliki hati sekuat baja
Dan berharap ..
Engkau yang dihidupku hingga matiku

Jumat, 20 September 2013

Aku

Rasanya tak ingin mengenalmu
Sedikitpun .....
rasanya tak ingin memperdulikanmu!
Tapi tetap saja perduli
Ingin pergi
Tapi tak bisa pergi
Ingin berlari
Tapi aku tak sanggup

Aku lelah ...
Aku wanita ...
Aku manusia...
Bukan hewan ...
Aku punya perasaan ...
Aku bisa menangis ...
Aku bisa cemburu ...
Aku bisa rasakan lelaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

Selasa, 10 September 2013

Entahlah ...

Entahlah


Untuk cemburu sedikit saja pun aku tak berhak

Mungkin memang kesalahanku
Aku tak mampu menahan perasaanku
Aku tak ingat bahwa aku tak harus cemburu

Entahlah ...
Anggap saja aku patung
Lalu kau bicara dengan muka masam
Dan aku tak berkutik sedikitpun untuk menanggapi

Bukan aku lelah
Hanya ingin kau mengerti
Aku hanya butuh sedikit senyummu
Bukan sorotan mata tajam

Membunuh ...
Dan bukan menenangkan
Bahkan tak mampu menjadi pemadam api hati
Malah yang ada membuatku sangat layu

Yah... Layu ...
Layu seperti halnya bunga yang tadi kau siram air panas
Layu ...
Seperti aku harus berteriak meminta senyum kekosonganmu.

Jumat, 06 September 2013

Mimpi yang Lalu

Mimpi Yang Lalu

Pada gelap kemarin
Terselip tenang senyum menawan

Lama tak nampak
Menawan yang bertepi disana
Jelas..
Dengan mata yang purnama..
Senda tawa juga, masih sama..

Sama seperti tawamu hari ini

Masih tetap sama

Dia yang aku sebut purnama..
Dia yang aku sebut..

Pada tidur sebelum hari ini, mimpi menjemputku
Membawa aku diterang tenang purnama
Membawaku disehelai sutra lembut canda
menjemputku hingga perlahan..
Hangat..
Tapi tak lama..
Aku pulang..
Aku dihantar mimpi, dijemput pagi..
Terenyuh seluruh isi hati..
Dia tak mampu ku sentuh
Hanya tinggal gambar menawannya saja yang mampu ku sentuh


Asa masih menggantung
Kurelakan engkau purnama

Hingga pagi itu aku temui dirimu
Purnama yang dirindu

Minggu, 01 September 2013

Waktu

Waktu

Rasanya ingin aku berbicara dengan waktu
Membicarakan sesuatu yang waktu dapat mengerti
Menceritakan kepadanya segala tentang dirinya
Ya .... Tentang waktu
Dan memang tentang dirinya


Malam ini ...
Dan malam yang demi malamnya
Tetap saja aku tak merasakan waktu

Entahlah...
Rasanya teriakku tak satupun orang dengar
Seperti aku berteriak bersamaan dengan deburan ombak
Tak di dengar ...
Dan tak diperdulikan

Atau mungkin saja mereka dengar
Dan malah yang ada mereka berlalu menjauhi teriakku
Cukup ...
Aku sesak mengingat waktu
Fatamorgana lalu menipu

Dan tetap saja tak berubah
Kapan? Kapan?
Yah .. Kapan? 
Dan sampai kapan aku akan berteriak diantara waktu-waktumu