Selasa, 24 September 2013

Entah

ENTAH

Entah lah ...
Ini tentang rasa takutku
Rasa takut ketika aku telah sanggup berdiri
Ketika aku harus mampu tersenyum tanpamu
Ketika aku tidak lagi melihat senyummu ..
Ketika aku tidak lagi marah karenamu
Ketika aku kehilangan sambutan terindah dipagiku
Sampai ketika warna hidupku harus kelam
Tak berwarna ..

Aku tahu ...
Aku akan menunggumu seribu tahun pun
Lalu bagaimana denganmu?
Aku tak tahu jelas
Aku tak tahu sedikitpun tentang hatimu
Yang aku tahu
Aku benar-benar menginginkanmu untuk hidupku
Benar-benar inginkan kebahagiaan bersamamu

Apa kau mengerti hati dari pemilik air mata senja itu
Ia benar-benar tulus
Ia mengalir seakan tak rela kau berlari menjauh
Tapi memang benar-benar harus merelakan
Hanya harus memiliki hati sekuat baja
Dan berharap ..
Engkau yang dihidupku hingga matiku

Jumat, 20 September 2013

Aku

Rasanya tak ingin mengenalmu
Sedikitpun .....
rasanya tak ingin memperdulikanmu!
Tapi tetap saja perduli
Ingin pergi
Tapi tak bisa pergi
Ingin berlari
Tapi aku tak sanggup

Aku lelah ...
Aku wanita ...
Aku manusia...
Bukan hewan ...
Aku punya perasaan ...
Aku bisa menangis ...
Aku bisa cemburu ...
Aku bisa rasakan lelaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

Selasa, 10 September 2013

Entahlah ...

Entahlah


Untuk cemburu sedikit saja pun aku tak berhak

Mungkin memang kesalahanku
Aku tak mampu menahan perasaanku
Aku tak ingat bahwa aku tak harus cemburu

Entahlah ...
Anggap saja aku patung
Lalu kau bicara dengan muka masam
Dan aku tak berkutik sedikitpun untuk menanggapi

Bukan aku lelah
Hanya ingin kau mengerti
Aku hanya butuh sedikit senyummu
Bukan sorotan mata tajam

Membunuh ...
Dan bukan menenangkan
Bahkan tak mampu menjadi pemadam api hati
Malah yang ada membuatku sangat layu

Yah... Layu ...
Layu seperti halnya bunga yang tadi kau siram air panas
Layu ...
Seperti aku harus berteriak meminta senyum kekosonganmu.

Jumat, 06 September 2013

Mimpi yang Lalu

Mimpi Yang Lalu

Pada gelap kemarin
Terselip tenang senyum menawan

Lama tak nampak
Menawan yang bertepi disana
Jelas..
Dengan mata yang purnama..
Senda tawa juga, masih sama..

Sama seperti tawamu hari ini

Masih tetap sama

Dia yang aku sebut purnama..
Dia yang aku sebut..

Pada tidur sebelum hari ini, mimpi menjemputku
Membawa aku diterang tenang purnama
Membawaku disehelai sutra lembut canda
menjemputku hingga perlahan..
Hangat..
Tapi tak lama..
Aku pulang..
Aku dihantar mimpi, dijemput pagi..
Terenyuh seluruh isi hati..
Dia tak mampu ku sentuh
Hanya tinggal gambar menawannya saja yang mampu ku sentuh


Asa masih menggantung
Kurelakan engkau purnama

Hingga pagi itu aku temui dirimu
Purnama yang dirindu

Minggu, 01 September 2013

Waktu

Waktu

Rasanya ingin aku berbicara dengan waktu
Membicarakan sesuatu yang waktu dapat mengerti
Menceritakan kepadanya segala tentang dirinya
Ya .... Tentang waktu
Dan memang tentang dirinya


Malam ini ...
Dan malam yang demi malamnya
Tetap saja aku tak merasakan waktu

Entahlah...
Rasanya teriakku tak satupun orang dengar
Seperti aku berteriak bersamaan dengan deburan ombak
Tak di dengar ...
Dan tak diperdulikan

Atau mungkin saja mereka dengar
Dan malah yang ada mereka berlalu menjauhi teriakku
Cukup ...
Aku sesak mengingat waktu
Fatamorgana lalu menipu

Dan tetap saja tak berubah
Kapan? Kapan?
Yah .. Kapan? 
Dan sampai kapan aku akan berteriak diantara waktu-waktumu 


Sabtu, 31 Agustus 2013

Masih Setitik Rindu

Masih Setitik Rindu

Entah apa yang terjadi denganku
Setitik rindu itu masih terus saja mengikutiku
Bahkan ribuan waktu dalam hari pun tak cukup penuhi rindu
Hanya mungkin saja kau tak tau
Hanya mungkin saja kau tak bisa serindu ini

Malam ini ...
Seperti senja dan malam-malam yang lalu
Padahal setitik saja rindu 
Dan lautan air mataku tak terbendung
Aku menangis...

Geram hati rasanya
Ingin teriak ... namun aku tak mampu teriak
Ingin marah ... namun aku tak berhak marah
Apa harus terus saja air mataku yang meneriakan rindu?
Masih kurangkah butiran-butiran kata rindu yang aku ceritakan

Rabb...
Masih dengan setitik rindupun aku tersiksa
Apalagi dengan ribuan rindu
Genggam selalu tanganku Tuhan
Jangan biarkan aku terjatuh bersama setitik rindu itu
Peluk erat aku malam ini Illahi
Aku sendu ...
Aku pilu ...
Dan aku masih berselimut ribuan titik kerinduan

Jumat, 30 Agustus 2013

Hanya Harapan

Hanya Harapan

Waktu ...
Ini tentang waktu
Waktu yang membuatku pilu tersayat sembilu
Waktu dengan begitu banyak harapan
Bahkan waktu yang hanya membohongiku tentang kebahagiaan

Ia terus saja menarik ulur hatiku
Dan aku luka.
Apa waktu terus saja membuatku menunggu?
Sengaja?
Lalu aku kecewa dan akhirnya terjatuh lemas
Tanpa ingin bertemu dengan sang harapan

Syukur saja ada sabar bersama waktu dan harapan
Tenang saja
Tenang dengan harapan pertemuan
yah.. Harapan ...
Hanya harapan

Harapan tentang pembagian waktu hidupku
Harapan tentang waktu dan diperhatikan
Dan semua yang terikat bersama keluh pilu
Juga semua harapan penguji kesabaran
Dan semua harapan tentang sejuta kerinduan

Aku biasa

Aku biasa

Jika terjatuh ketika berdiri
Apabila sakit ketika tergores
Bukan hal asing
Perlu jatuh teruntuk bangkit
Perlu sakit teruntuk kuat

Indah pelangipun perlu proses
Proses membiaskan cahayanya menjadi indah
Begitupun dengan hidup.

Jika kini air mata terus saja terjatuh mengalir
Lalu sembilu menyayat pilu
Tenang saja..

Aku biasa ..
Biasa sakit tergores rasa
Biasa terjatuh saat aku kalah
Dan karena aku biasa ..
Aku biasa menjadi manusia kuat dengan biasaku


Siapa Engkau?

Siapa Engkau?

Siapakah Engkau?

Yang sejak dulu aku mencintaiMu
Siapakah Engkau?
Yang selalu saja membuat semakin hari diriku merinduiMu
Siapa Engkau?
Engkau membuatku mencintaimu tanpa pernah menatap wajahmu

Engkau begitu bercahaya terang

Penyejuk qolbu setiap insani perindu pertemuan denganmu
Penerang jalan surga bagi setiap umat yang mencintaimu
Penghilang dahaga dari keringnya cinta

Adalah Engkau ...

Cintamu bagaikan air
Tak henti mengalir bagi setiap umat
Terangkan sang kelam
Putihkan sang hitam

Adalah Engkau ...

Yang aku cita sedari dulu menatap wajahmu
Yang aku rindu bertemu denganmu
Yang aku cinta walau aku tak pernah menatap wajahmu.
Rasulku ..

Senja itu

Senja itu

Senja itu ...
Duduk manis menanti malam
Termenung dengan sekecamuk muka masam
Murung ...
Bahkan hampir saja gelap
Dan masih tetap saja tak merubah rautnya

Senja itu ...
Berselimut cahaya merah kekuningan.
Merayu malam segera datang.
Menggoda sang malam segera menggatikannya dengan rembulan.

Wanita di senja kala itu geram
Ingin teriak ...
Hampir kelam layaknya senja
Atau mungkin saja ia telah menemukan kelam
Tapi ...
Jika senja mengharapkan kelam
Dia membantah segala tentang kelam
Mengubur kelam yang telah ditemukannya